Apakah Anda mengenal nama-nama
manajer club bola seperti Mourinho, Arsene Wenger, dan Aririgo Sacchi?
Ya… mereka inilah beberapa manajer
club bola top yang tidak top ketika menjadi pemain bola. Nama-nama yang tidak diragukan
lagi di dunia pelatih bola yang tidak kalah hebat dibandingkan dengan
pelatih-pelatih lain yang memiliki nama besar ketika menjadi pemain.
Jose mourinho “the special one”
adalah sosok pelatih nyeleneh yang tidak pernah memedulikan apa kata orang.
Tehitung tim-tim besar pernah ditanganinya. Inter Milan, Real Madrid, dan
Manchester United adalah beberapa club yang pernah ditanganinya. Sebagai
pemain, dia hanya pernah bermain untuk beberapa club portugal. Namanya tidak
pernah terdengar sebagai pemain. Arsene Wenger “sang legendaris” Arsenal,
ketika menjadi pemain hanya memperkuat tim-tim amatir di Perancis. Dan yang lebih
mengherankan, Aririgo Sacchi “si penjual sepatu” yang hanya bermain untuk tim
Fusignano CF dan Bellaria di Italia, yang nama clubnya saja mungkin Anda baru
mendengarnya sekarang. Sacchi yang pada umur 20 memutuskan pensiun dari pemain
bola karena merasa tidak berkembang, lebih banyak menghabiskan waktunya untuk
menjadi sales sepatu dan menonton pertandingan bola. Namun, yang pertandingan
yang paling dia sukai untuk ditonton adalah pertandingan tim-tim yang cenderung
berkarakter menyerang. Hal ini lah yang akhirnya mempengaruhi pola pikirnya
dalam menerapkan strategi ke tim-tim yang ditanganinya. Berbeda dengan
kebanyakan karakter manajer bola asal Italia yang cenderung memiliki filosofi
bermain bertahan. Parma dan AC Milan adalah club yang pernah ditanganinya, juga
timnas Italia yang menjadi runner up piala dunia 1994. Tercatat juga banyak
manajer ternama yang tak lepas dari gaya permainan Sacchi. Sebut saja Fabio
Capello, Carlo Ancelotti, dan Frank Rijkaard adalah beberapa pemain yang pernah
diasuhnya dan kemudian menjadi manajer club.
Dari mana kemampuan mereka mengelola
sebuah tim besar jika pengalaman sebagai pemain, mereka tidak miliki?Tentu saja
dari belajar, baik secara otodidak maupun jalur resmi sekolah. Begitu juga
manajer sebuah perusahaan. Terlepas dari dia pernah menjadi karyawan atau
tidak, selama dia mau belajar dan mengasah skilnya, saya rasa akan bisa menjadi
seorang manajer yang hebat.
Menemukan “calon pemain bintang”
adalah keahlian paling dasar para manajer sepakbola. Mana pemain yang skil
individunya bagus dan yang lebih penting cocok dengan strategi yang akan
diterapkan tim harus diketahui. Mereka bahkan bisa melihat fisik dan postur
calon pemain yang akan dipilihnya. Mereka juga bisa melihat psikologis pemain
melalui rasa kecintaan bermain bola apakah menjadi darah daging ataukah hanya menjadi
kulitnya saja. Mengapa menyusun pemain dalam sebuah tim menjadi yang paling
dasar? Tentu jawabannya karena para pemain pilihan inilah yang nantinya akan
menjadi eksekutor rencana strategi yang akan diterapkan oleh manajer. Sebaik
apapun strategi yang dipilih jika tidak ditunjang dengan pemain yang pas, tentu
akan sia-sia. Begitu juga sebaliknya. Sebagai manajer sebuah perusahaan, bisa
memilih tim yang tepat, maka sebenarnya kita telah menyelesaikan 50% pekerjaan.
Terlepas dari penyusunan, penerapan,
dan pengontrolan strategi yang diterapkan dalam sebuah pertandingan, saat lain
yang sangat berperan dari seorang manajer bola adalah saat injury time, masa
perpanjangan waktu dan adu pinalti. Kemampuan manajer bola ditentukan dalam
melakukan rotasi pemain dan menentukan urutan penendang pinalti. Pada pertandingan
2 x 45 menit, pelatih akan memilih pemain dengan skill terbaik. Pada saat injury time, perpanjangan waktu, dan
pinalti, manajer akan memilih pemain yang punya “mentalitas” paling jago.
Ketika hal ini diimplementasikan dalam sebuah perusahaan, saat krisis dan
kritis, seorang manager harus bisa memilih pemain yang mentalitasnya matang dan
tidak baperan. Mentalitas yang kokoh yang tidak dapat dirusak oleh kondisi
lingkungan dan persaingan yang semakin keras. Tidak ada gunanya memilih pemain
yang memiliki skill hebat tetapi emosi dan mentalnya loyo.
Bisa jadi, Perancis gagal menjadi
juara dunia 2006 karena manajer Raymond Domenech salah memasang David Trezequet
sebagai penendang ke-3. Sebagai pemain muda, Trezequet belum siap untuk
menanggung beban mental yang begitu berat. Seluruh warga Perancis menaruh
harapan di kaki kananya. Dan dia melakukan tendangan ke arah kiri dengan sangat
keras sementara sudut elevasi kakinya salah. Akibatnya bola membentur tiang
gawang dan dialah penyebab Perancis kalah atas Italia.
Banyak manajer sering mengambil
keputusan yang “populis” dan mengikuti pendapat umum agar kalau pun salah reputasi
pribadinya tidak “ikut kalah”, namanya tidak jelek dinilai perusahaan. Dan dia masih dinilai layak menduduki
posisinya. Seorang manajer yang hebat seharusnya mengabaikan penilaian orang
terhadap reputasinya. Berani mengambil keputusan tanpa mempedulikan penilaian
luar dan tetap berpegang teguh pada goal dan tujuan, yakni kemenangan dan
sukses perusahaan. Jika sudah sukses, mereka akan berbalik menganggap keputusan
“tidak populer Anda” sebagai sebuah INOVASI!
Ketika David Beckam tidak dimasukkan
ke Timnas Inggris suara protes muncul dari semua kalangan. Namun, tidak untuk
seorang Alex Ferguson. Dia menilai bahwa Beckam bukanlah pemain bola lagi.
Hakikat pemain bola adalah bermain tim, dan Beckamp sudah menjadi artis baik di
dalam maupun di luar lapangan. Sebagai seorang manajer, kita pun harus berani
mengeluarkan anggota yang tidak bisa menjadi ” team player”. Yang tidak
mengutamakan pencapaian tujuan bersama melainkan “ambisi pribadinya”, dan yang lebih
parah lagi “perasaan pribadinya”.
Yang terpenting, para manajer bola
tidak bermain saat eksekusi dan membebaskan kreatifitas para pemainnya, namun
tetap menjagakan sesuai pola bermain yg telah ditetapkan. Sebagai manajer
perusahaan juga demikian. Janganlah ikut terlalu “bermain” ketika tim kita
melakukan eksekusi. Terlalu directing, dan bahkan semuanya harus sesuai ”gaya” dan ”
selera” manajer hanya akan menjadikan pergerakan tim menjadi kaku dan lamban.
Para manajer bola yang baik selalu sadar bahwa akhirnya permainan bola adalah
“people game” dimana pengelolaan talent menjadi kuncinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar