Bangga dan senang rasanya ketika obrolan di markas sudah berkembang ke pengetahuan-pengetahuan manajemen... Gak melulu membahasa omzet dan batu akik. Gak tahu kesurupan setan apa, pulang-pulang dari roadshow Sumatera, salah satu partner saya ini (sebut saja namanya si SIGIT) jadi keranjingan mengamati hal-hal yang berbau manajemen dan mengajak diskusi....kadang berdebat juga sih.... SERU!
Mungkin saja, si Sigit ini di Sumatera ketemu rekan-rekan kelas dewa pada bidangnya.....
Cari Blog Ini
Kamis, 23 April 2015
PARADOKS GAJI & BENEFIT
Jumat, 17 April 2015
CATATAN KESOMBONGAN (saya)
Mohon maaf sebelumnya.
Coretan saya kali ini tidak bermaksud menyinggung siapapun. Hanya sekadar catatan untuk mengingatkan diri saya sendiri.
Sedikit buka-buka kamus dan menemukan kata "sombong". Secara sederhana dapat diartikan menghargai diri sendiri secara berlebihan. Congkak, pongah, angkuh, dan takabur mungkin masih satu kelas dengan kata sombong.
Seringkali saya secara sadar atau tidak sadar, secara sengaja atau tidak sengaja, mengamati, melihat, dan merasakan sikap orang-orang disekitar saya. Bermacam-macam tingkah polah, baik perkataan, perbuatan, dan bahkan sikap seseorang secara subyektif saya nilai merupakan salah satu bentuk kesombongan. Tidak adil memang, hanya dari gerak-geriknya, sikap diamnya, atau malah tampilannya, saya cap orang tersebut sombong. Saya jadi berfikir, jangan-jangan seringkali saya juga dicap demikian oleh teman-teman saya atau oleh orang-orang yang pernah berinteraksi dengan saya.
Menurut pikiran saya sendiri dan berdasarkan kesimpulan yang saya buat sendiri setelah saya mengamati diri sendiri, ada beberapa hal yang mungkin membuat saya sombong.
Coretan saya kali ini tidak bermaksud menyinggung siapapun. Hanya sekadar catatan untuk mengingatkan diri saya sendiri.
Sedikit buka-buka kamus dan menemukan kata "sombong". Secara sederhana dapat diartikan menghargai diri sendiri secara berlebihan. Congkak, pongah, angkuh, dan takabur mungkin masih satu kelas dengan kata sombong.
Seringkali saya secara sadar atau tidak sadar, secara sengaja atau tidak sengaja, mengamati, melihat, dan merasakan sikap orang-orang disekitar saya. Bermacam-macam tingkah polah, baik perkataan, perbuatan, dan bahkan sikap seseorang secara subyektif saya nilai merupakan salah satu bentuk kesombongan. Tidak adil memang, hanya dari gerak-geriknya, sikap diamnya, atau malah tampilannya, saya cap orang tersebut sombong. Saya jadi berfikir, jangan-jangan seringkali saya juga dicap demikian oleh teman-teman saya atau oleh orang-orang yang pernah berinteraksi dengan saya.
Menurut pikiran saya sendiri dan berdasarkan kesimpulan yang saya buat sendiri setelah saya mengamati diri sendiri, ada beberapa hal yang mungkin membuat saya sombong.
CATATAN SEORANG MANAJER
Manajer yang “hebat” tentunya yang berhasil melakukan perubahan besar dan berkontribusi dalam memimpin pencapaian keberhasilan tim yang dipimpinnya. Secara alami dia berhasil menggerakkan anggota tim dan membawa mereka ke proses pencapaian tujuan secara kontinyu.
Disarikan dari berbagai sumber dan hasil pelatihan yang
pernah saya ikuti, mungkin beberapa catatan ini bermanfaat untuk menjadi Great
Manager. Mari kita belajar bersama.
CATATAN SEORANG LEADER
Setelah lama tidak corat-coret.... Gak ada angin, gak ada geledek.... Eh, tiba-tiba ingin iseng lagi...
---))-
Setiap tim pasti butuh leader. Semakin besar sebuah tim, maka
akan semakin besar pula leadership
diperlukan. Dan sepenuhnya kita sadar bahwa setiap dari kita memiliki gaya leadership yang berbeda. Menurut saya
sendiri, tidak ada yang benar dan salah dalam gaya leadership masing-masing orang. Yang menjadi pembahasan tentu
bukan salah dan benar ini, namun lebih ke “seperti apa tim yang kita pimpin”.
Ketika berpikir tentang cara terbaik
untuk memimpin sebuah tim, kita harus mempertimbangkan beberapa faktor yang
berbeda, dan tentunya akan sangat mudah memilih pendekatan yang salah. Ketika hal
ini terjadi, maka moral, efektivitas, dan produktivitas akan memburuk. Sebuah
terori leadership bisa saja membantu kita
mengidentifikasi pendekatan yang efektif dalam kepemimpinan, berdasarkan apa
yang anggota tim inginkan dan situasi kita sendiri saat ini.
Seorang kawan pernah bercerita bahwa
setiap leader mempunyai tanggung
jawab, yakni membantu anggotanya mencapai tujuan (goal), mendukung dan
memotivasi mereka. Sebagai seorang pemimpin kita dapat melakukannya dengan
cara:
- Membantu Tim mengidentifikasikan dan menggapai tujuan
- Membersihkan hambatan dan halangan sehingga kinerja tim akan meningkat
- Menawarkan apresiasi dan imbalan yang sesuai dengan pencapaian
Dengan tanggung jawab tersebut maka kita
dapat memilih dan menyesuaikan kriteria leadership yang dipergunakan dalam
mengelola tim.
1. Beban Tugas Tim yang Berulang dan Penuh Tekanan
Ketika beban tugas anggota tim
selalu bersifat pengulangan, saya rasa seorang leader harus berfokus pada hubungan personal dengan tim. Kita harus
dapat menunjukkan kepekaan terhadap kebutuhan anggota tim individu, dan kita
dapat mempertimbangkan ketertarikan terbesar anggota tim kita. Gaya leadership seperti ini adalah yang
terbaik manakala diperuntukkan bagi tugas-tugas yang berulang atau penuh
tekanan sehingga anggota tim tidak merasa diperas dan ditekan. Gaya
kepemimpinan ini disebut Supportive
Leadership.
2. Beban Tugas Tim yang Tidak Terstruktur
Beban kerja yang seperti ini lebih
tepat dipimpin dengan gaya Direct
Leadership (Langsung). Kita berkomunikasi pada semua anggota tim langsung
berbicara mengenai tujuan dan harapan, serta pemberian/instruksi tugas yang
jelas. Gaya ini paling tepat diterapkan bila beban tugas tidak terstruktur,
atau ketika tugas yang kompleks dan anggota tim yang kurang berpengalaman.
3. Beban Tugas yang Komplek dan Tim sudah Berpengalaman
Ketika beban tugas yang kita berikan
kompleks dan anggota tim kita sudah punya pengalaman, gaya “partisipasi” saya
rasa bisa kita terapkan. Kita fokus pada partisipasi bersama setiap anggota. Kita
meminta pendapat tim kita, dan juga mempertimbangkan
ide-ide dan keahlian mereka sebelum membuat keputusan. Dengan semakin
“diorangkan” setiap anggota tim yang sudah tahu cara menjalankan tugasnya hanya
butuh disentil dengan meminta dan memberikan mereka umpan balik. Gaya ini bisa
disebut Partisipatif Leadership.
4. Beban Tugas yang Menjemukan dan Kurang Menarik bagi Anggota Tim
Langganan:
Postingan (Atom)