Cari Blog Ini

Sabtu, 27 November 2010

Rahasia Pikiran Bawah Sadar Konsumen

Bangun tidur, saya melihat majalah langganan yang tergeletak di samping TV. Antara mau nonton atau membuka-buka isi majalah yang sepertinya baru ditaruh oleh mbaknya anak-anak.
"Foto di cover yang aneh", pikir saya. Tidak seperti biasanya, cover yang sekarang ini mengusik saya untuk mengambilnya. Biasanya majalah ini gambar covernya ilustrasi berwarna warni yang menggambarkan tema utamanya, atau kadang-sekumpulan produk yang menurut saya "tumpangan"  iklan yang berharga sangat mahal.
Aneh... sekumpulan orang dengan baju rapi layaknya karyawan sebuah perusahaan sambil mengepalkan tangan. Ekspresi wajahnya penuh semangat. Judunya "10 PERUSAHAAN TERNYAMAN PILIHAN KARYAWAN". "Wah.... Menarik nih", pikir saya.
Sejak 2003 bekerja di kantor sebuah penerbitan, saya merasakan sesuatu yang mungkin sama dengan orang-orang di cover majalah tersebut. Nyaman, merasa dihargai, sehati, cocok, atau apa pun lah yang menggambarkan saya senang bekerja di perusahaan tersebut. Saya mencoba membuka-buka halaman demi halaman majalah tersebut. Terbesit dalam pikiran saya untuk segera mengetahui cerita perusahaan-perusahaan yang sudah diliput oleh wartawan majalah tersebut.
Namun, baru beberapa halaman....pikiran saya kembali terusik oleh satu tulisan yang mengupas sebuah buku. THE BUYING BRAIN...waduh kok pas banget dengan tren buku di salah satu penerbit kantor yang memang lagi getol menerbitkan buku-buku tentang rahasia dan potensi otak. Saya mulai baca tulisan tersebut, tapi sepertinya kurang menarik, atau mungkin didepannya terlalu bertele-tele. Tanpa sadar, otak saya memerintahkan mata untuk melirik tulisan paling akhir.

" Jadi, jika hanya mendengarkan laporan yang mereka (konsumen) artikulasikan-seperti yang dihasilkan penelitian survey- tentang apa yang mereka suka dan tidak suka, kita mungkin tersesat. Kesalahan inilah yang membuat sekitar 80% produk baru gagal di pasar."

Waduh.... Benarjuga ya...
Selama ini memang banyak produsen-produsen yang melakukan survey baik dilakukan sendiri maupun melalui lembaga survey yang pastinya dengan biaya yang lumayan. Tanpa kita sadari bahwa apa yang konsumen atau calon konumen ungkapkan melalui mulut dan tulisan belum tentu sesuai dengan otak bawah sadarnya. Bisa saja karena hal tertentu, para konsumen mengungkapkan keinginan yang belum tentu juga berasal dari bawah sadar otaknya.
Lalu bagaimana cara mengenali pikiran bawah sadar konsumen? Menurut buku ini adalah dengan konsep neuromarketing yang pada dasarnya adalah mempelajari sinyal otak ketika konsusmen melihat sebuah produk. Lebih jelasnya semoga ada di halaman-halaman buku ini (saya juga belum baca).
Yang jelas, hasil dari konsep neuromarketing bisa menjadi senjata yang sangat ampuh bagi bagian promosi, marketing, dan tentunya bagian produksi.

Semoga segera beredar bukunya di Jakarta.....